Anak adalah titipan Allah Azza Wajal, yang kelak akan dimintakan pertanggung jawaban terhadap orang tuanya oleh Allah. Berbagai masalah lumrah ditemui bahkan mulai sejak dari mereka lahir.
Dalam perjalanan hidup, tak jarang sebagai orang tua, menginginkan yang terbaik bagi anak. Salah satu bentuk kasih sayang itu adalah hukuman sebagai salah satu bentuk perlindungan kepada anak.
Tapi bagaimana Islam memandang hal tersebut? Mari kita simak jawabannya.
Soal:
Maaf ustadz izin bertanya. Tepatkah bagi seorang pendidik, atau orang tua, selalu menghukum setiap kesalahan yg dilakukan oleh anak? Alasannya karena si anak itu sering mengulang-ulang kesalahan, dan biar jera katanya. Tapi nyatanya anak itu belum jera juga meskipun hukumannya ditambah.
Jazakallohu khoiron atas jawabannya ustadz.
JAWAB:
Dalam mendidik anak, hendaknya para orang tua tidak selalu memberikan hukuman kepada sang anak setiap kali melakukan kesalahan. Orang tua hendaknya melihat terlebih dahulu apa yang menjadi latar belakang anak melakukan kesalahan tersebut. Tidak langsung memberi hukuman.
Anak terkadang melakukan kesalahan karena:
1. Tidak tahu kalau itu adalah sebuah kesalahan
2. Perlu pembiasaan
3. Kondisi dia sedang tidak stabil, ingin mencari perhatian orang tua
4. Lalai atau lupa
Oleh karena itu Rasulullah tidaklah menetapkan hukuman pukul bagi anak yang meninggalkan shalat melainkan setelah proses pembiasaan terlebih dahulu. Diperintahkan untuk shalat di usia 7 tahun, baru boleh dipukul di usia 10 tahun. Tidak langsung dipukul.
Demikian juga ketika Al Hasan cucu beliau makan kurma shadaqah, nabi hanya menyuruhnya membuang kurma tersebut tanpa melakukan penghukuman.
Demikian juga ketika Umar bin Abi Salamah makan dengan kurang adab, Rasulullah hanya mengarahkan tapi tidak melakukan penghukuman.
Kesimpulan dari ini semua, jangan mudah memberikan hukuman kepada anak. Namun pelajari latar belakangnya terlebih dahulu. Setelah itu diperbaiki dengan nasihat sesuai dengan kadar nalar sang anak. Kalau memang harus dihukum, berilah hukuman yang cocok dengan kesalahan yang dilakukan, jangan berlebihan. Dan ini membutuhkan pembahasan yang cukup mendetail dan berbeda-beda pada setiap kasus.
Wallahu a’lam bisshawab.
Dijawab oleh Ustadz Wira Mandiri Bachrun (Hafizhohullahu Ta'ala)
No comments:
Post a Comment